Menurut kalian Rama itu gimana?

Sabtu, 29 September 2012

FREEDOM OF EXPRESSION By Dr.Mahathir bin Mohamad



Addendum to “Freedom of Expression” ...
1. Hillary Clinton says the film insulting to Muslims cannot be stopped because of freedom of expression.


2. The French and Italian papers published photos of a naked Duchess of Cambridge. Now a French court has ordered the publishers to surrender all the pictures to the royal couple and to stop publishing them. The Italians are also going to do the same.

3. So freedom of expression is selective, not to be used against a countess but okay for the prophet of the Muslims.

4. I know there are many hypocrites in the West but this is the mother of all Western hypocrisy.

---------------------------




1. Hilary Clinton defends the film which insults the Prophet of the Muslims because of freedom of expression, a part of human rights. I think Western values have gone crazy. In the name of human rights and free speech one can insult anybody. What kind of human society will we have if everyone can curse and denigrate everyone else? There will be no peace either between countries or religions or races or members of the public anywhere.

2. How would one feel if someone comes up to you and calls you “a bastard, the offspring of sex between your mother and some man who is not your legally wedded father.”

3. Well how would one feel? The Americans would feel nothing because in their society this is normal. Their mothers sleep around with just about anybody. That is the norm, they would say. So do their fathers. It is an expression of the equality of the sexes.

4. Asians, and Muslims would feel insulted. They would probably kill the persons who say such things of their mothers. Free speech, yes. But insulting speech, no! Certainly no Asian would like to be called a bastard even as a joke.

5. It would seem that the liberal West believes that free speech is licence to curse and insult other people without limit.

6. They can enjoy this licence among themselves. That’s okay. But they cannot insist that everyone accept their coarseness and lack of manners. If freedom is a part of human rights, not the rights of the West alone, Asians must have their rights to their own norms and code of morality. Otherwise Western freedom would be about denying others their freedom.

7. If that is what Western freedom is about then how others react to Western freedom must be accepted by the West as the expression of freedom of these others.

8. Western values are not universal, no matter what the Westerners claim or believe about their values. Other people and Asians have their own values. If the West believes that freedom must be enjoyed by all, must be universal, then that freedom must be extended to the values subscribed by others.

9. If you don’t believe others should have freedom to enjoy their own values then you do not really believe in freedom as a part of human rights. Of course certain events we are seeing today seem to indicate that the West has arrogated freedom to themselves only. The freedom to kill people, including innocent people, is obviously a part of Western freedom.

10. That would mean the West is more authoritarian and undemocratic than the very people they accuse of being authoritarian and undemocratic.

11. It is about time that the West rethink their beliefs in freedom. If you really believe that freedom should be enjoyed by all, then respect other peoples’ rights to their faiths, their values and their freedoms.

12. I deplore the extremely violent reactions to the film and killing of the American consul but I fully understand that some people’s feelings are stronger than some other people. In a free world the strength of these people’s feelings is their right. If there is such a thing as human rights then there should also be respect for the sensitivities of other people.

13. Otherwise stop talking about human rights and certainly stop violently promoting these so-called rights. You have no right to take the moral high ground.

Jangan Matikan Ramadhan!


Siap nggak sih kalo kita ngejalanin puasa di bulan Ramadhan dengan benar dan baik? Siap nggak sih kalo ibadah puasa kita dibarengi dengan amalan-amalan yang lain? Hmm… pastinya sih kudu siap ya. Sayang banget kalo sampe nggak meman-faatkan momen Ramadhan ini. Datangnya sih emang sama dengan bulan lainnya, setahun sekali. Tetapi keutaman bulan Ramadhan ini oke banget. Apa aja sih keutamannya?

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Ummatku telah diberi lima hal yang belum pernah diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya ketika bulan Ramadhan:
1) Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari pada minyak kesturi di sisi Allah,
2) Para Malaikat beristighfar untuk mereka hingga berbuka,
3) Allah memperindah SurgaNya setiap hari, seraya berfirman kepadanya: “Hampir-hampir para hambaKu yang shalih akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan lalu kembali kepadamu,”
4) Syaithan-syaithan durjana dibelenggu, tidak dibiarkan lepas sseperti pada bulan-bulan selain Ramadhan,
5) Mereka akan mendapat ampunan di akhir malam.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu terjadi pada Lailatul Qadar?” Beliau menjawab, “Bukan, namun pelaku kebaikan akan disempurnakan pahalanya seusai menyelesaikan amalannya.” (Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan al-Baihaqi dalam kitabats-Tsawaab sanadnya lemah sekali, tetapi sebagian lafazh hadits tersebut mempunyai shaid, yakni penguat yang shahih)

Hmm… kayaknya celaka banget kalo kita udah tahu keutamaan Ramadhan namun kita mengabaikannya. Banyak banget lho di antara kita yang malah malas menjalankan ibadah shaum. Alasannya karena nggk  bisa lapar dan haus. Yee.. namanya juga puasa, nggak makan dan minum di siang hari, ya jelas aja lapar dan haus. Tetapi kan itu ujian. Nahan lapar dan haus adalah bagian dari aturan puasa. Syariatnya memang begitu. Meski demikian, jangan khawatir ya. Insya Allah ibadah shaum Ramadhan kita, jika ikhlas dilaksanakan dan caranya benar akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Swt.

Dalam Shahih Bukhari dituliskan: Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam telah menceritakan kepada kami Yahya dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan meng-harapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya.” (HR Bukhari, No. 1768)
sebagai seorang mukmin insya Allah kita tahu betul bahwa perintah shaum Ramadhan memang diwajibkan. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah [2]: 183)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mewajibkan orang-orang yang beriman untuk shaum (berpuasa) di bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk menjadikan kita orang-orang yang bertakwa. Apa itu takwa?
Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya Imam ar-Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan bahwa: “Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.”  Kalo menurut Imam an-Nawawi, beliau mendefinisikan takwa dengan “Menaati perintah dan laranganNya.” Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani: “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yg mengakibatkan siksa baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.”
Sobat muda muslim, sederhananya, takwa itu adalah melaksanakan semua perintah Allah Swt. dan meninggalkan semua laranganNya. Nah, puasa yang benar insya Allah akan mengantarkan kita menjadi orang-orang yang bertakwa.

Bagi sebagian orang, Ramadhan tak istimewa
Sobat muda muslim, emang kesel, risih, gemes, sebel dan entah kosakata apalagi untuk menggambarkan keprihatinan kita tentang kondisi kaum muslimin saat ini, khususnya di bulan suci Ramadhan. Gimana nggak kesel, gimana nggak sebel, kalo Ramadhan nggak bisa membekas dalam kehidupan kita. Ya, cuma numpang lewat dalam hidup kita. Kalo pun kita berupaya menyambutnya, tapi itu pun sekadar “dalam rangka”. Jadi ketika Ramadhan berlalu, kita balik lagi ke selera asal. Halah!

Miris juga melihat fakta sekarang. Banyak di antara kita yang menjadikan Ramadhan mati. Sebagian dari kita yang nggak puasa, banyak dari kita yang menjadikan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa hambar. Shalat tarawih nggak bakalan dijalanin kecuali kamu punya niat pengen ketemu pacar. Shalat subuh bakalan dilewatin, kecuali sudah ada janji dengan pacar untuk jalan-jalan subuh sambil menebar asmara setelah subuh. Jika demikian faktanya, Ramadhan jadi tak istimewa lagi. Ramadhan kehilangan ‘ruhnya’. Ramadhan kehilangan kemuliaannya di mata orang yang tak memuliakannya. Duh, jangan sampe deh kita menjadi orang yang tak memanfaatkan momen Ramadhan yang belum tentu tahun depan kita masih merasakannya. Iya nggak sih?
Kalo sekarang Ramadhan tampak seperti mati (karena memang nggak kerasa banget nuansanya), maka sebenarnya kitalah yang membuatnya mati dan bahkan sudah mengu-burkannya dalam-dalam. Itu sebabnya jangan heran jika masih banyak kaum muslimin yang anteng aja makan dan minum di siang hari tanpa sedikit pun merasa takut kepada ancaman Allah. Dan, tanpa sedikit pun merasa sayang mencampakkan beragam kemuliaan di dalamnya. Padahal, itu cuma diberikan sebulan dalam setahun oleh Allah. Hmm… bener-bener nggak tahu diri (maaf lho saya nyebutin begini, jika ada kata yang lebih pantas dan dahsyat lagi dari ini untuk menggambarkan orang-orang durhaka bolehlah diucapkan).
BTW, gawat bener deh kalo sampe ada di antara kita yang nggak puasa Ramadhan. Dari Abu Umamah al-Bahili ra, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dhahaya (dua lenganku), membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tdk mampu”. Keduanya berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya, ‘Suara apakah ini?’. Mereka berkata, ‘Ini ialah teriakan penghuni neraka’. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba waktu berbuka puasa).” (HR an-Nasa’i dalam al-Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf 4/166 dan al-Hakim 1/430 dari jalan Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin ‘Amir dari Abu Umamah. Sanad Shahih)

Sekali lagi, jangan kubur Ramadhan. Karena ia masih hidup. Sebaliknya, kita nyalakan semangat dan ceriakan Ramadhan dengan amal sholeh yang berlimpah. Deras mengalir dari setiap ucapan dan perbuatan kita. Agar banjir nikmatnya terasa sampe membekas dalam hidup kita selamanya. Semoga kita tetap siap menghidupkan Ramadhan. Yuk, kita buktikan bareng-bareng.

Hidupkan semangat Ramadhan
meski ada yang ‘mematikan’ Ramadhan, tetapi insya Allah Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang yang merin-dukannya. Mereka akan tetap bermes-raan dengan Ramadhan di setiap detik yang ia lewati, di setiap menit yang ia lalui, dan di setiap malam yang selalu membuatnya terjaga untuk senantiasa mengisinya dengan ibadah. Ramadhan memang tidak akan pernah mati, ia akan hidup terus bersama orang-orang beriman yang mencintainya. Semoga kamu, kita, adalah orang-orang yang beriman dan mencintai Ramadhan. Insya Allah.
Semoga Ramadhan kali ini (dan juga seterusnya) memberikan kekuatan yang besar dalam hidup kita untuk mengubah kebiasaan buruk kita menjadi kebiasaan baik. Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang beriman yang ikhlas menjalankan syariatNya.

Kita pantas merenung, Bro. Di pekan kedua bulan Ramadhan ini, apa yang sudah kita lakukan? Apa pula yang akan kita laksanakan di hingga menjelang akhir Ramadhan? Menghitung hari seperti kemarin dengan tanpa ada aktivitas amal sholeh? Atau sekadar meng-isinya dengan hal-hal yang amat jauh dari nilai-nilai Islam? Rasanya, kita semua udah pada tahu, apa yang harus kita lakukan. Tapi celakanya, kita juga seringkali lalai dengan apa yang seharusnya kita lakukan.
Kita tahu bahwa puasa adalah wajib. Kita yakin (meski dengan keyakinan seadanya), bahwa kalo nggak puasa kita akan berdosa. Namun, ternyata dalam praktiknya ada saja yang error. Selalu saja ada sebagian besar dari kita, yang ternyata masih melalaikan puasanya. Siang hari masih bebas makan dan minum. Malah ada yang dengan sombong makan dan minum dengan lahap secara terang-terangan.
Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Dan senantiasa memohon kepada Allah agar kita digolongkan kepada orang-orang yang berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Yuk, hidupkan semangat Ramadhan!

Siap nggak sih kalo kita ngejalanin puasa di bulan Ramadhan dengan benar dan baik? Siap nggak sih kalo ibadah puasa kita dibarengi dengan amalan-amalan yang lain? Hmm… pastinya sih kudu siap ya. Sayang banget kalo sampe nggak meman-faatkan momen Ramadhan ini. Datangnya sih emang sama dengan bulan lainnya, setahun sekali. Tetapi keutaman bulan Ramadhan ini oke banget. Apa aja sih keutamannya?

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda: “Ummatku telah diberi lima hal yang belum pernah diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya ketika bulan Ramadhan: 1) Bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari pada minyak kesturi di sisi Allah, 2) Para Malaikat beristighfar untuk mereka hingga berbuka, 3) Allah memperindah SurgaNya setiap hari, seraya berfirman kepadanya: “Hampir-hampir para hambaKu yang shalih akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan lalu kembali kepadamu,” 4) Syaithan-syaithan durjana dibelenggu, tidak dibiarkan lepas sseperti pada bulan-bulan selain Ramadhan, 5) Mereka akan mendapat ampunan di akhir malam.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu terjadi pada Lailatul Qadar?” Beliau menjawab, “Bukan, namun pelaku kebaikan akan disempurnakan pahalanya seusai menyelesaikan amalannya.” (Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan al-Baihaqi dalam kitab ats-Tsawaab sanadnya lemah sekali, tetapi sebagian lafazh hadits tersebut mempunyai shaid, yakni penguat yang shahih)
Hmm… kayaknya celaka banget kalo kita udah tahu keutamaan Ramadhan namun kita mengabaikannya. Banyak banget lho di antara kita yang malah malas menjalankan ibadah shaum. Alasannya karena bisa lapar dan haus. Yee.. namanya juga puasa, nggak makan dan minum di siang hari, ya jelas aja lapar dan haus. Tetapi kan itu ujian. Nahan lapar dan haus adalah bagian dari aturan puasa. Syariatnya memang begitu. Meski demikian, jangan khawatir ya. Insya Allah ibadah shaum Ramadhan kita, jika ikhlas dilaksanakan dan caranya benar akan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah Swt.

Dalam Shahih Bukhari dituliskan: Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Hisyam telah menceritakan kepada kami Yahya dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar (mengisi dengan ibadah) karena iman kepada Allah dan meng-harapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya.” (HR Bukhari, No. 1768)
Bro en Sis pembaca setia gaulislam, sebagai seorang mukmin insya Allah kita tahu betul bahwa perintah shaum Ramadhan memang diwajibkan. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagiamana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah [2]: 183)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mewajibkan orang-orang yang beriman untuk shaum (berpuasa) di bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk menjadikan kita orang-orang yang bertakwa. Apa itu takwa?
Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa. Di antaranya Imam ar-Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan bahwa: “Takwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan.”  Kalo menurut Imam an-Nawawi, beliau mendefinisikan takwa dengan “Menaati perintah dan laranganNya.” Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan azab Allah. Hal itu sebagaimana didefinisikan oleh Imam al-Jurjani: “Taqwa yaitu menjaga diri dari pekerjaan yg mengakibatkan siksa baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya.”
Sobat muda muslim, sederhananya, takwa itu adalah melaksanakan semua perintah Allah Swt. dan meninggalkan semua laranganNya. Nah, puasa yang benar insya Allah akan mengantarkan kita menjadi orang-orang yang bertakwa.

Bagi sebagian orang, Ramadhan tak istimewa
Sobat muda muslim, emang kesel, risih, gemes, sebel dan entah kosakata apalagi untuk menggambarkan keprihatinan kita tentang kondisi kaum muslimin saat ini, khususnya di bulan suci Ramadhan. Gimana nggak kesel, gimana nggak sebel, kalo Ramadhan nggak bisa membekas dalam kehidupan kita. Ya, cuma numpang lewat dalam hidup kita. Kalo pun kita berupaya menyambutnya, tapi itu pun sekadar “dalam rangka”. Jadi ketika Ramadhan berlalu, kita balik lagi ke selera asal. Halah!

Miris juga melihat fakta sekarang. Banyak di antara kita yang menjadikan Ramadhan mati. Sebagian dari kita yang nggak puasa, banyak dari kita yang menjadikan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa hambar. Shalat tarawih nggak bakalan dijalanin kecuali kamu punya niat pengen ketemu pacar. Shalat subuh bakalan dilewatin, kecuali sudah ada janji dengan pacar untuk jalan-jalan subuh sambil menebar asmara setelah subuh. Jika demikian faktanya, Ramadhan jadi tak istimewa lagi. Ramadhan kehilangan ‘ruhnya’. Ramadhan kehilangan kemuliaannya di mata orang yang tak memuliakannya. Duh, jangan sampe deh kita menjadi orang yang tak memanfaatkan momen Ramadhan yang belum tentu tahun depan kita masih merasakannya. Iya nggak sih?
Kalo sekarang Ramadhan tampak seperti mati (karena memang nggak kerasa banget nuansanya), maka sebenarnya kitalah yang membuatnya mati dan bahkan sudah mengu-burkannya dalam-dalam. Itu sebabnya jangan heran jika masih banyak kaum muslimin yang anteng aja makan dan minum di siang hari tanpa sedikit pun merasa takut kepada ancaman Allah. Dan, tanpa sedikit pun merasa sayang mencampakkan beragam kemuliaan di dalamnya. Padahal, itu cuma diberikan sebulan dalam setahun oleh Allah. Hmm… bener-bener nggak tahu diri (maaf lho saya nyebutin begini, jika ada kata yang lebih pantas dan dahsyat lagi dari ini untuk menggambarkan orang-orang durhaka bolehlah diucapkan).
BTW, gawat bener deh kalo sampe ada di antara kita yang nggak puasa Ramadhan. Dari Abu Umamah al-Bahili ra, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Ketika aku tidur, datanglah dua orang pria kemudian memegang dhahaya (dua lenganku), membawaku ke satu gunung yang kasar (tidak rata), keduanya berkata, “Naik”. Aku katakan, “Aku tdk mampu”. Keduanya berkata, ‘Kami akan memudahkanmu’. Akupun naik hingga sampai ke puncak gunung, ketika itulah aku mendengar suara yang keras. Akupun bertanya, ‘Suara apakah ini?’. Mereka berkata, ‘Ini ialah teriakan penghuni neraka’. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku melihat orang-orang yang digantung dengan kaki di atas, mulut mereka rusak/robek, darah mengalir dari mulut mereka. Aku bertanya, ‘Siapa mereka?’ Keduanya menjawab, ‘Mereka ialah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka (sebelum tiba waktu berbuka puasa).” (HR an-Nasa’i dalam al-Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf 4/166 dan al-Hakim 1/430 dari jalan Abdurrahman bin Yazid bin Jabir, dari Salim bin ‘Amir dari Abu Umamah. Sanad Shahih)
Sekali lagi, jangan kubur Ramadhan. Karena ia masih hidup. Sebaliknya, kita nyalakan semangat dan ceriakan Ramadhan dengan amal sholeh yang berlimpah. Deras mengalir dari setiap ucapan dan perbuatan kita. Agar banjir nikmatnya terasa sampe membekas dalam hidup kita selamanya. Semoga kita tetap siap menghidupkan Ramadhan. Yuk, kita buktikan bareng-bareng.

Hidupkan semangat Ramadhan
meski ada yang ‘mematikan’ Ramadhan, tetapi insya Allah Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang yang merin-dukannya. Mereka akan tetap bermes-raan dengan Ramadhan di setiap detik yang ia lewati, di setiap menit yang ia lalui, dan di setiap malam yang selalu membuatnya terjaga untuk senantiasa mengisinya dengan ibadah. Ramadhan memang tidak akan pernah mati, ia akan hidup terus bersama orang-orang beriman yang mencintainya. Semoga kamu, kita, adalah orang-orang yang beriman dan mencintai Ramadhan. Insya Allah.
Semoga Ramadhan kali ini (dan juga seterusnya) memberikan kekuatan yang besar dalam hidup kita untuk mengubah kebiasaan buruk kita menjadi kebiasaan baik. Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang beriman yang ikhlas menjalankan syariatNya.

Kita pantas merenung, Bro. Di pekan kedua bulan Ramadhan ini, apa yang sudah kita lakukan? Apa pula yang akan kita laksanakan di hingga menjelang akhir Ramadhan? Menghitung hari seperti kemarin dengan tanpa ada aktivitas amal sholeh? Atau sekadar meng-isinya dengan hal-hal yang amat jauh dari nilai-nilai Islam? Rasanya, kita semua udah pada tahu, apa yang harus kita lakukan. Tapi celakanya, kita juga seringkali lalai dengan apa yang seharusnya kita lakukan.
Kita tahu bahwa puasa adalah wajib. Kita yakin (meski dengan keyakinan seadanya), bahwa kalo nggak puasa kita akan berdosa. Namun, ternyata dalam praktiknya ada saja yang error. Selalu saja ada sebagian besar dari kita, yang ternyata masih melalaikan puasanya. Siang hari masih bebas makan dan minum. Malah ada yang dengan sombong makan dan minum dengan lahap secara terang-terangan.

Semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Dan senantiasa memohon kepada Allah agar kita digolongkan kepada orang-orang yang berjuang demi tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Yuk, hidupkan semangat Ramadhan!

Jangan Matikan Ramadhan!


Doa Para Nabi


Di bawah ini kami sajikan beberapa contoh pilihan doa yang pernah dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul :
    Doa Nabi Adam
    “ Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khosirin “ (
    Artinya :
    Ya Allah , kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi.
      Doa Nabi Nuh
      “ Robbi inni audzubika an as alaka maa laisalli bihi ilmun wa illam tagfirli watarhamni akum minal khosirin “ (surat Hud; 47)
      Artinya :
      Ya Tuhanku sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari sesuatu yang aku tidak mengetahui hakekatnya, dan sekiranya tidak Engkau ampuni dan belas kasih niscaya aku termasuk orang – orang yang merugi
         Doa Nabi Ibrahim
        “ Robbana taqobal minna innaka anta sami’ul alim wa tub alaina innaka antat tawwaburrokhim “ (al baqarah; 128-129)
        Artinya :
        Ya Tuhan kami terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau maha mendengar dan Mengetahui, dan termalah taubat kami, sesungguhnya Engkau penerima taubat lagi Maha Penyayang.

        “ Robbi ja alni muqimas sholati wa min dzuriyyati, robbana wa taqobal doa, Robbannagh firli wa li wa li dayya wa li jamiil mukminina yauma yaqumul hisab “ (ibrahim ; 40 -41)
        Artinya :
        Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang – orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhanku perkenankanlah doaku , ya Tuhanku beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan seluruh orang mukmin, pada hari terjadinya hisab.
          Doa Nabi Yunnus
          “ Lailaha illa anta subhanaka inni kuntum minadh dholimin “ (al anbiya;87)
          Artinya :
          Tidak ada Tuhan Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku orang yang dholim
            Doa Nabi Zakariya
            “ Robbi latadzarni wa anta choirul warisin “ (an biya ; 89)
            Artinya :
            Ya Allah janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, sesungguhnya engkau pemberi waris yang paling baik
            “ Robbi habli miladunka duriyattan, thoyibatan innaka sami’ud du’a “ (ali imron;28)
            Artinya :
            Ya Tuhan berilah aku seorang anak yang baik dari sisiMu, sesungguhnya Engkau maha pendengar Doa
              Doa Nabi Musa
              “ Robis shrohli shodri wa ya shirli amri wah lul uqdatam mil lissani yah khohu khouli “ (Thoha ; )
              Artinya :
              Ya Tuhanku lapangkanlah dadaku, dan lancarkanlah lidahku serta mudahkanlah urusanku

              “ Robbi inni dholamtu nafsi fa firlhi “ (al qhosos ; 16)
              Artinya :
              Ya Allah aku menganiaya diri sendiri, ampunilah aku

              “ Robbi Naj jini minal qumid dholimin “ (
              Artinya :
              Ya Tuhan lepaskanlah aku dari kaum yang dholim

              “ Robbi ini lima anzalta illayya min khoirin faqir “ (al qhosos; 24)
              Artinya :
              Ya Tuhanku sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku

              “ Robbi firli wa li akhi wa adkhilna fi rohmatika, ya arhamar rokhimin “ (
              Artinya :
              Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmatMu, dan Engkau Maha Penyayang diantara yang menyayangi
                Doa Nabi Isa
                “ Robbana anzil alaina ma idatam minas samai taqunu lana idzal li awalina, wa akhirina, wa ayyatam minka war zukna wa anta khoiru roziqin “ ( al maidah ; 114)
                Artinya :
                Ya Tuhanku turunkanlah pada kami hidangan dari langit, yang turunnya akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang – orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, berilah kami rejeki dan Engkaulah pemberi rejeki yang paling baik.
                  Doa Nabi Syuaib
                  “ Robbana taf bainana, wa baina kaumina bil haqqi , wa anta khoirul fatihin “ (A araf; 89)
                  Artinya :
                  Berilah keputusan diantara kami dan kaum kami dengan adil, Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik – baiknya.
                    Doa Nabi Ayyub
                    “ Robbi inni masyaniyad durru wa anta arhamur rohimin “
                    Artinya :
                    Bahwasanya aku telah ditimpa bencana, Engkaulah Tuhan yang paling penyayang diantara penyayang.
                      Doa Nabi Sulaiman
                      “ Robbi auzidni an askhuro ni’matakallati an amta allaya wa ala wa li dayya wa an a’mala sholikhan tardhohu wa ad khilni birrohmatika fi ibadikas sholikhin “ (an naml; 19)
                      Artinya :
                      Ya Tuhan kami berilah aku ilham untuk selalu mensyukuri nikmatmu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada kedua ibu bapakku dan mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridloi, dan masukkanlah aku dengan rahmatMu kedalam golongan hamba-hambMu yang Sholeh.
                        Doa Nabi Luth
                        “ Robbi naj jini wa ahli mimma ya’malun “
                        Artinya :
                        Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari perbuatan yang mereka kerjakan

                        “ Robbin surni alal kaumil mufsidin “ (assyu araa ; 169)
                        Artinya :
                        Ya Tuhanku tolonglah aku dari kaum yang berbuat kerusakan.
                          Doa Nabi Yusuf
                          “ Fatiros samawati wal ardli anta fiddunya wal akhiro tawwaffani musliman wa al hiqni bissholihin “ (yusuf ; 101)
                          Artinya :
                          Wahai pencipta langit dan bumi Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat wafatkanlah aku dalam keadaan pasrah (islam), dan masukkanlah aku dengan orang – orang sholeh.
                            Doa Nabi Muhammad
                            “ Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hassanah wa qina adza bannar “ (hadist)
                            Artinya :
                            Ya Tuhanku berikanlah aku kebaikan di dunia dan akhirat, dan jauhkanlah aku dari api neraka

                            “ Robbana latuzig qullubana ba’daidz haddaitana wahabblana miladunka, rohmatan innaka antal wahab” (Ali Imron; 8)
                            Artinya :
                            Ya Tuhanku janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat, sesungguhnya Engkau adalah dzat yang banyak pemberiannya.

                            Keutamaan Hari Jum'at


                            Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.


                            Allah Ta'ala berfirman,
                            يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
                            "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Jumu'ah: 9)
                            Hari jumat adalah hari yang agung di sisi Allah Ta'ala. Allah telah mengistimewakan hari jumat bagi kaum muslimin dan menjadikannya sebagai hari raya perpekan untuk mereka.

                            Pada hari itu, Allah mewajibkan shalat Jum'at dan khutbahnya. Memerintahkan kepada mereka agar bersama-sama mendatanginya untuk menyatukan hati dan membina persatuan mereka. Fungsi lainnya, kegiatan Jum'atan menjadi media taklim (pengajaran) untuk orang jahil di antara mereka, dan untuk memberikan peringatan bagi yang lalai. Juga sebagai media meluruskan orang yang menyimpang. Oleh sebab itu, Allah mengharamkan semua kesibukan dengan urusan dunia dan setiap aktifitas yang memalingkan dari menghadiri Shalat Jum'at saat sudah dikumandang panggilan Shalat.
                            Allah telah menyediakan janji istimewa bagi hamba-Nya yang memuliakan hari tersebut dengan pahala yang besar ampunan dosa selama satu pekan. Yakni apabila ibadah Jum'at yang dikerjakan hamba tersebut baik dan menghiasinya dengan syarat-syarat kesempurnaanya.

                            Diriwayatkan dari Aus bin Aus Radliyallah 'Anhu, berkata, "aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
                            مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنْ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا
                            "Barangsiapa mandi pada hari Jum'at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia), maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun." (HR. Abu Dawud no. 1077, al-Nasai no. 1364 Ahmad no. 15585)

                            Diriwayatkan dari Salman Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
                            لَا يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الْإِمَامُ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى
                            "Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyaknya atau mengoleskan minyak wangi yang di rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan khutbah dengan seksama ketika imam berkhutbah, melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara Jum’at tersebut dan Jum’at berikutnya." (HR. Bukhari dalam Shahih-nya, no. 859)

                            Pada hari Jum'at terdapat satu waktu yang mubarakah (diberkahi) yang ditunjukkan oleh hadits shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah membicarakan tentang hari Jum'at lalu beliau bersabda,
                            إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَقَالَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا
                            "Sesungguhnya pada hari Jum'at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya." Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, -yang kami pahami- untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat)." (Muttafaq 'Alaih)

                            Maka hendaknya kita menyibukkan diri dengan berbagai bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah, berbekal diri dengan takwa, amalan-amalan sunnah, zikir, doa, dan memperbanyak shalawat kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
                            Dari Aus bin Aus Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
                            إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ قَالَ يَقُولُونَ بَلِيتَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
                            "Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Karenanya perbanyaklah shalawat atasku pada hari itu, karenasesungguhnya shalawat kalian akan disampaikan kepadaku. Aus berkata: para shahabat berkata: "Ya Rasulallah, bagaimana shalawat kami atasmu akan disampaikan padamu sedangkan kelak engkau telah lebur dengan tanah?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallammenjawab: "Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi." (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dengan sanad yang shahih)

                            Hendaknya pada hari itu, kaum muslimin mengosongkan hati dari memikirkan kesibukan duniawi, lalu menyibukkan diri dengan taubat dan istighfar, zikir, bertasbih dan membaca Al-Qur'an. Khususnya membaca surat al-Kahfi, seperti yang ditunjukkan hadits dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
                            مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ
                            "Siapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'Atiq." (HR. Al-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim dan Shahih al-Jami’, no. 6471)

                            Masih dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu,
                            مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
                            "Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi di hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang anjuran membaca surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)

                            Hari Jum'at merupakan hari yang agung di antara hari-hari lainnya. Di dalamnya banyak berkah dan karunia. Selayaknya hamba muslim giat dan sungguh-sungguh memanfaatkan hari tersebut.
                            Apabila selesai shalat Jum'at maka bertebaranlah di muka bumi mencari karunia Allah dengan menjalin silaturahim, menjenguk orang sakit, dan banyak mengingat Allah sebagaimana firman-Nya,
                            فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
                            "Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jum'ah: 10)

                            Penutup
                            Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang senantiasa mendapat hidayah darinya sehingga mengatahui setiap kebaikan yang diperintahkan agama kita dan diberi kuasa mengerjakannya. Sesungguhnya karunia Allah yang disediakan untuk hamba-hamba-Nya sangatlah banyak. Sebagiannya boleh jadi sudah kita ketahui sehingga kita semangat dan berusaha meraihnya. Namun boleh jadi di antara kita masih kurang mengatahuinya, sehingga ia tak terlalu mempedulikannya. Salah satunya karunia Allah yang di adakan pada hari Jum'at. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

                            *BAGIKAN CATATAN INI.

                            MANFAAT AL-QUR'AN SETELAH KITA WAFAT


                            Abu Umamah r.a. berkata : "Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supayakami semua mempelajari Al-Qur'an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur'an.

                            Telah bersabda Rasulullah S.A.W : "Belajarlah kamu akan Al-Qur'an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya. Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya."

                            Dan ia bertanya, "Kenalkah kamu kepadaku?" Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : "Siapakah kamu?" Maka berkata Al-Qur'an : "Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku diwaktu siang hari."

                            Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur'an itu : "Adakah kamu Al-Qur'an?"

                            Lalu Al-Qur'an mengakui orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dankekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya. Pada kedua ayah dan ibunya pula, yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : "Dari manakah kami memperoleh ini semua, pada hal amal kami tidak sampai ini?"

                            Lalu dijawab : "Kamu diberi ini semua kerana anak kamu telah mempelajari Al-Qur'an." Abu Umamah r.a. berkata : "Rasulullah S.A.W telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur'an, setelah itu Rasulullah S.A.W memberitahu tentang kelebihan Al-Qur'an.

                            Telah bersabda Rasulullah S.A.W : "Belajarlah kamu akan Al-Qur'an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya. "Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, "Kenalkah kamu kepadaku?"

                            Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : "Siapakah kamu?" Maka berkata Al-Qur'an : "Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari.

                            "Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur'an itu : "Adakah kamu Al-Qur'an?" Lalu Al-Qur'an mengakui orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.

                            Pada kedua ayah dan ibunya pula, yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : "Dari manakah kami memperolehi ini semua, pada hal amal kamitidak sampai ini?" Lalu dijawab : "Kamu diberi ini semua karena anak kamu telah mempelajar Al-Qur'an."


                            PERISTIWA ANEH MENIMPA JENAZAH PEJABAT (Kisah Nyata)



                            Ini adalah kisah nyata, kisah proses penguburan seorang pejabat di sebuah kota di Jawa Timur. Nama dan alamat sengaja tidak disebutkan untuk menjaga nama baik jenazah dan keluarga yang ditinggalkan. Insya Allah kisah ini menjadi hikmah dan cermin bagi kita semua sebelum ajal menjemput.

                            Kisah ini diceritakan langsung oleh seorang Modin (pengurus jenazah) kepada saya. Dengan gaya bertutur, selengkapnya ceritanya begini:

                            Saya terlibat dalam pengurus jenazah lebih dari 16 tahun, berbagai pengalaman telah saya lalui, sebab dalam jangka atau kurun waktu tersebut macam-macam jenis mayat sudah saya tangani. Ada yang meninggal dunia akibat kecelakaan, sakit tua, sakit jantung, bunuh diri dan sebagainya. Bagaimanapun, pengalaman mengurus satu jenazah seorang pejabat yang kaya serta berpengaruh ini, menyebabkan saya dapat kesempatan 'istimewa' sepanjang hidup. Inilah pertama saya bertemu cukup aneh, menyedihkan, menakutkan dan sekaligus memberikan banyak hikmah.

                            Sebagai Modin tetap di desa, saya diminta oleh anak almarhum mengurus jenazah Bapaknya. Saya terus pergi ke rumahnya. Ketika saya tiba sampai ke rumah almarhum tercium bau jenazah itu sangat busuk. Baunya cukup memualkan perut dan menjijikan. Saya telah mengurus banyak jenazah tetapi tidak pernah saya bertemu dengan mayat yang sebusuk ini. Ketika saya lihat wajah almarhum, sekali lagi saya tersentuh. Saya tengok wajahnya seperti dirundung oleh macam-macam perasaan takut, cemas, kesal dan macam-macam. Wajahnya seperti tidak mendapat nur dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

                            Kemudian saya pun ambil kain kafan yang dibeli oleh anak almarhum dan saya potong. Secara kebetulan pula, disitu ada dua orang yang pernah mengikuti kursus "fardu kifayah" atau pengurus jenazah yang pernah saya ajar. Saya ajak mereka mambantu saya dan mereka setuju.

                            Tetapi selama memandikan mayat itu, kejadian pertama pun terjadi, sekedar untuk pengetahuan pembaca, apabila memandikan jenazah, badan mayat itu perlu dibangunkan sedikit dan perutnya hendaklah diurut-urut untuk mengeluarkan kotoran yang tersisa. Maka saya pun urut-urut perut almarhum.

                            Tapi apa yang terjadi, pada hari itu sangat mengejutkan.

                            Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkehendak dan menunjukkan kekuasaannya karena pada hari tersebut, kotoran tidak keluar dari dubur akan tetapi melalui mulutnya. Hati saya berdebar-debar. Apa yang sedang terjadi di depan saya ini? Telah dua kali mulut mayat ini memuntahkan kotoran, saya harap hal itu tidak terulang lagi karena saya mengurut perutnya untuk kali terakhir.

                            Tiba-tiba ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta'ala berlaku, ketika saya urut perutnya keluarlah dari mulut mayat itu kotoran bersama beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ulat itu adalah seperti ulat kotoran (belatung). Padahal almarhum meninggal dunia akibat diserang jantung dan waktu kematiannya dalam tempo yang begitu singkat mayatnya sudah menjadi demikian rupa ? saya lihat wajah anak almarhum.

                            Mereka seperti terkejut. Mungkin malu, terperanjat dan aib dengan apa yang berlaku pada Bapaknya,kemudian saya tengok dua orang pembantu tadi, mereka juga terkejut dan panik. Saya katakan kepada mereka,"Inilah ujian Allah terhadap kita". Kemudian saya minta salah satu seorang dari pada pembantu tadi pergi memanggil semua anak almarhum.

                            Almarhum pada dasarnya seorang yang beruntung karena mempunyai tujuh orang anak, kesemuanya laki-laki. Seorang berada di luar negeri dan enam lagi berada di rumah. Ketika semua anak almarhum masuk, saya nasehati mereka. Saya mengingatkan mereka bahwasanya tanggung jawab saya adalah membantu menguruskan jenazah Bapak mereka, bukan menguruskan semuanya, tanggung jawab ada pada ahli warisnya.

                            Sepatutnya sebagai anak, mereka yang lebih afdal menguruskan jenazah Bapak mereka itu, bukan hanya iman, hanya bilal, atau guru. Saya kemudian meminta ijin serta bantuan mereka untuk menunggingkan mayat itu. Takdir Allah ketika ditunggingkan mayat tersebut, tiba-tiba keluarlah ulat-ulat yang masih hidup, hampir sebaskom banyaknya. Baskom itu kira-kira besar sedikit dari penutup saji meja makan. Subhanallah suasana menjadi makin panik. Benar-benar kejadian yang luar biasa sulit diterima akal pikiran manusia biasa. Saya terus berdoa dan berharap tidak terjadi lagi kejadian yang lebih ganjil. Selepas itu saya memandikan kembali mayat tersebut dan saya ambilkan wudhu. Saya meminta anak-anaknya kain kafan.

                            Saya bawa mayat ke dalam kamarnya dan tidak diijinkan seorang pun melihat upacara itu terkecuali waris yang terdekat sebab saya takut kejadian yang lebih aib akan terjadi. Peristiwa apa pula yang terjadi setelah jenazah diangkat ke kamar dan hendak dikafani, takdir Allah jua yang menentukan, ketika mayat ini diletakkan di atas kain kafan, saya dapati kain kafan itu hanya cukup menutupi ujung kepala dan kaki tidak ada lebih, maka saya tak dapat mengikat kepala dan kaki.

                            Tidak keterlaluan kalau saya katakan ia seperti kain kafan itu tidak mau menerima mayat tadi. Tidak apalah, mungkin saya yang khilaf dikala memotongnya. Lalu saya ambil pula kain, saya potong dan tampung di tempat-tempat yang kurang. Memang kain kafan jenazah itu jadi sambung-menyambung, tapi apa mau dikata, itulah yang dapat saya lakukan. Dalam waktu yang sama saya berdoa kepada Allah "Ya Allah, jangan kau hinakan jenazah ini ya Allah, cukuplah sekedar peringatan kepada hamba-Mu ini."

                            Selepas itu saya beri taklimat tentang sholat jenazah tadi, satu lagi masalah timbul, jenazah tidak dapat dihantar ke tanah pekuburan karena tidak ada mobil jenazah/mobil ambulance. Saya hubungi kelurahan, pusat Islam, masjid, dan sebagainya, tapi susah. Semua sedang terpakai, beberapa tempat tersebut juga tidak punya kereta jenazah lebih dari satu karena kereta yang ada sedang digunakan pula.

                            Suatu hal yang saya pikir bukan sekedar kebetulan. Dalam keadaan itu seorang hamba Allah muncul menawarkan bantuan. Lelaki itu meminta saya menunggu sebentar untuk mengeluarkan van/sejenis mobil pick-up dari garasi rumahnya. Kemudian muncullah sebuah van. Tapi ketika dia sedang mencari tempat untuk meletakkan vannya itu dirumah almarhum, tiba-tiba istrinya keluar. Dengan suara yang tegas dia berkata dikhalayak ramai: "Mas, saya tidak perbolehkan mobil kita ini digunakan untuk angkat jenazah itu, sebab semasa hayatnya dia tidak pernah mengijinkan kita naik mobilnya." Renungkanlah kalau tidak ada apa-apanya, tidak mungkin seorang wanita yang lembut hatinya akan berkata demikian. Jadi saya suruh tuan yg punya van itu membawa kembali vannya.

                            Selepas itu muncul pula seorang lelaki menawarkan bantuannya. Lelaki itu mengaku dia anak murid saya. Dia meminta ijin saya dalam 10-15 menit membersihkan mobilnya itu. Dalam jangka waktu yang ditetapkan itu,muncul mobil tersebut, tapi dalam keadaan basah kuyup. Mobil yang dimaksudkan itu sebenarnya lori. Dan lori itu digunakan oleh lelaki tadi untuk menjual ayam ke pasar, dalam perjalanan menuju kawasan pekuburan, saya berpesan kepada dua pembantu tadi supaya masyarakat tidak usah membantu kami menguburkan jenazah, cukup tinggal di camping saja akan lebih baik. Saya tidak mau mereka melihat lagi peristiwa ganjil. Rupanya apa yang saya takutkan itu berlaku sekali lagi, takdir Allah yang terakhir amat memilukan.

                            Sesampainya Jenazah tiba di tanah pekuburan, saya perintahkan tiga orang anaknya turun ke dalam liang dan tiga lagi menurunkan jenazah. Allah berkehendak semua atas makhluk ciptaan-Nya berlaku, saat jenazah itu menyentuh ke tanah tiba-tiba air hitam yang busuk baunya keluar dari celah tanah yang pada asal mulanya kering.

                            Hari itu tidak ada hujan, tapi dari mana datang air itu? sukar untuk saya menjawabnya. Lalu saya arahkan anak almarhum, supaya jenazah bapak mereka dikemas dalam peti dengan hati-hati. Saya takut nanti ia terlentang atau telungkup na'udzubillah. Kalau mayat terlungkup, tak ada harapan untuk mendapat safa'at Nabi. Papan keranda diturunkan dan kami segera timbun kubur tersebut. Selepas itu kami injak-injak tanah supaya mampat dan bila hujan ia tidak mendap/ambrol. Tapi sungguh mengherankan, saya perhatikan tanah yang diinjak itu menjadi becek. Saya tahu, jenazah yang ada di dalam telah tenggelam oleh air hitam yang busuk itu.

                            Melihat keadaan tersebut, saya arahkan anak-anak almarhum supaya berhenti menginjak tanah itu. Tinggalkan lobang kubur 1/4 meter. Artinya kubur itu tidak ditimbun hingga ke permukaan lubangnya, tapi ia seperti kubur berlobang. Tidak cukup dengan itu, apabila saya hendak bacakan talqin, saya lihat tanah yang diinjak itu ada kesan serapan air.

                            Masya Allah, dalam sejarah peristiwa seperti itu terjadi. Melihat keadaan itu, saya ambil keputusan untuk selesaikan penguburan secepat mungkin.

                            Sejak lama terlibat dalam penguburan jenazah, inilah mayat yang saya tidak talqimkan. Saya bacakan tahlil dan doa yang paling ringkas. Setelah saya pulang ke rumah almarhum dan mengumpulkan keluarganya. Saya bertanya kepada istri almarhum, apakah yang telah dilakukan oleh almarhum semasa hayatnya.

                            1. Apakah dia pernah menzalimi orang alim ?

                            2. Mendapat harta secara merampas, menipu dan mengambil yang bukan haknya?

                            3. Memakan harta masjid dan anak yatim ?

                            4. Menyalahkan jabatan untuk kepentingan sendiri ?

                            5. Tidak pernah mengeluarkan zakat, shodaqoh atau infaq ?

                            Istri almarhum tidak dapat memberikan jawabannya. Memikirkan mungkin dia malu Untuk memberi tahu, saya tinggalkan nomor telepon rumah. Tapi sedihnya hingga sekarang, tidak seorang pun anak almarhum menghubungi saya. Untuk pengetahuan umum, anak almarhum merupakan orang yang berpendidikan tinggi hingga ada seorang yg beristrikan orang Amerika, seorang dapat istri orang Australia dan seorang lagi istrinya orang Jepang. 

                            Peristiwa ini akan tetap saya ingat. Dan kisah ini benar-benar nyata bukan rekaan atau isapan jempol. Semua kebenaran saya kembalikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala pencipta jagad raya ini.

                            Kepada semua pembaca setia DI, tanyalah diri kita akankah kita menginginkan peristiwa itu terjadi pada diri kita sendiri, ibu, bapak kita, anak kita atau kaum keluarga kita ?

                            Wallahu’alam bishshawab, ..Wabillahi Taufik Wal Hidayah, ...

                            Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...

                            Sumber : Mukjizat Alquran

                            Klik Share / Bagikan agar ini bisa dibaca banyak orang sebagai pelajaran.